Cek nih artikel pertama gua. kalo gak salah ini dibuatnya pas kelas 1 SMA.
Judulnya kece juga ya cocoklah kalo jadi penulis buku. hehe
tapi maaf kalo kualitas artikelnya gak seberapa, maklum pertama kali hehe
Pendekar Salah Musuh
Oleh: Fathurrahman
Tawuran, sudah menjadi hal yang biasa
dikalangan pelajar, bahkan ada yang menjadikannya kegiatan “ekstrakulikuler”
demi mentenarkan nama sekolahnya. Hampir
setiap hari kita dapat melihat peristiwa bentrokan dua kubu dari sekolah yang
berbeda. Tidak hanya di ibukota kini tawuran antar pelajar pun kian marak
terjadi di daerah-daerah perkotaan khusunya di Tangerang Selatan.
Dan, disetiap tawuran pasti ada seorang
pemimpin yang biasa disebut pentolan dari masing-masing kubu. Mereka
adalah orang-orang yang biasa memprovokasi dan memimpin anak-anak buahnya agar
bisa ‘bermain bagus’ di area pertempuran. Bila kiti intip apa yang ada di dalam
tas para pentolan itu maka kita akan sulit untuk menemukan pena dan buku
yang seharusnya menjadi barang bawaan setiap pelajar.
Clurit, gear bekas kendaraan
bermotor, golok dan parang adalah beberapa contoh barang yang wajib ada di
dalam tas mereka. Mereka lebih senang dan merasa lebih aman apabila membawa
senjata-senjata tajam tersebut untuk digunakan kala bertemu dengan musuh dari
sekolah lain. Tetapi tanpa disadari bahwa sebenarnya mereka salah melawan
musuh, karena musuh terbesar di negeri kita adalah kemiskinan dan korupsi yang
kini sudah menjadi berita hangat setiap hari.
Terlalu klise memang bila kita mengatakan
“mari stop tawuran dan tingkatkan prestasi”, karena tradisi tawuran sudah
menjadi tradisi buruk yang mendarah daging bagi sebagian kalangan pelajar di
Indonesia.
Dan memang sedikit susah bila kita
mengajak mereka untuk memensiunkan diri dari dunia tawuran tersebut, tetapi
daripada membuang tenaga untuk melawan sesama pelajar, lebih baik kita
bersama-sama berusaha menjadi pribadi yang mau dan punya niat yang kuat untuk
melawan pelajar lain dengan prestasi bukan dengan adu kekuatan fisik.
Setidaknya kita dapat melawan juara-juara
yang berprestasi dengan prestasi kita yang lebih membanggakan. Walaupun mungkin
kita dilahirkan bukan sebagai orang yang memiliki nilai akademik yang tinggi. Namun,
kita tetap dapat membuat prestasi dengan kelebihan fisik kita miliki yaitu
dengan cara berprestasi dalam bidang olahraga.
Jadi, buat apa berbuat negatif kalo bisa
melakukan hal yang positif bahkan menguntungkan buat diri, keluarga, kawan,
sekolah dan masa depan kita. Jaya Terus Pendidikan Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar