Sabtu, 15 November 2014

Pendekar Salah Musuh

Cek nih artikel pertama gua. kalo gak salah ini dibuatnya pas kelas 1 SMA.
Judulnya kece juga ya cocoklah kalo jadi penulis buku. hehe
tapi maaf kalo kualitas artikelnya gak seberapa, maklum pertama kali hehe




Pendekar Salah Musuh
Oleh: Fathurrahman
Tawuran, sudah menjadi hal yang biasa dikalangan pelajar, bahkan ada yang menjadikannya kegiatan “ekstrakulikuler” demi mentenarkan nama sekolahnya.  Hampir setiap hari kita dapat melihat peristiwa bentrokan dua kubu dari sekolah yang berbeda. Tidak hanya di ibukota kini tawuran antar pelajar pun kian marak terjadi di daerah-daerah perkotaan khusunya di Tangerang Selatan.
Dan, disetiap tawuran pasti ada seorang pemimpin yang biasa disebut pentolan dari masing-masing kubu. Mereka adalah orang-orang yang biasa memprovokasi dan memimpin anak-anak buahnya agar bisa ‘bermain bagus’ di area pertempuran. Bila kiti intip apa yang ada di dalam tas para pentolan itu maka kita akan sulit untuk menemukan pena dan buku yang seharusnya menjadi barang bawaan setiap pelajar.
Clurit, gear bekas kendaraan bermotor, golok dan parang adalah beberapa contoh barang yang wajib ada di dalam tas mereka. Mereka lebih senang dan merasa lebih aman apabila membawa senjata-senjata tajam tersebut untuk digunakan kala bertemu dengan musuh dari sekolah lain. Tetapi tanpa disadari bahwa sebenarnya mereka salah melawan musuh, karena musuh terbesar di negeri kita adalah kemiskinan dan korupsi yang kini sudah menjadi berita hangat setiap hari.
Terlalu klise memang bila kita mengatakan “mari stop tawuran dan tingkatkan prestasi”, karena tradisi tawuran sudah menjadi tradisi buruk yang mendarah daging bagi sebagian kalangan pelajar di Indonesia.
Dan memang sedikit susah bila kita mengajak mereka untuk memensiunkan diri dari dunia tawuran tersebut, tetapi daripada membuang tenaga untuk melawan sesama pelajar, lebih baik kita bersama-sama berusaha menjadi pribadi yang mau dan punya niat yang kuat untuk melawan pelajar lain dengan prestasi bukan dengan adu kekuatan fisik.
Setidaknya kita dapat melawan juara-juara yang berprestasi dengan prestasi kita yang lebih membanggakan. Walaupun mungkin kita dilahirkan bukan sebagai orang yang memiliki nilai akademik yang tinggi. Namun, kita tetap dapat membuat prestasi dengan kelebihan fisik kita miliki yaitu dengan cara berprestasi dalam bidang olahraga.
Jadi, buat apa berbuat negatif kalo bisa melakukan hal yang positif bahkan menguntungkan buat diri, keluarga, kawan, sekolah dan masa depan kita. Jaya Terus Pendidikan Indonesia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar